Secara umum peran atau fungsi dari HRD dalam suatu perusahaan meliputi :
1. Melakukan
persiapan dan seleksi tenaga kerja / Preparation and selection
a. Persiapan
Dalam proses persiapan dilakukan perencanaan kebutuhan akan sumber daya manusia
dengan menentukan berbagai pekerjaan yang mungkin timbul. Yang dapat dilakukan
adalah dengan melakukan perkiraan / forecast akan pekerjaan yang lowong,
jumlahnya, waktu, dan lain sebagainya. Ada dua faktor yang perlu diperhatikan dalam melakukan persiapan, yaitu
faktor internal seperti jumlah kebutuhan karyawan baru, struktur organisasi,
departemen yang ada, dan lain-lain. Faktor eksternal seperti hukum
ketenagakerjaan, kondisi pasa tenaga kerja, dan lain sebagainya. Merencanakan
tenaga kerja secara efektif serta efisien agar sesuai kebutuhan perusahaan
dalam membantu terwujudnya tujuan, yaitu dengan menetapkan program kepegawaian
sesuai fungsi-fungsi yang dimiliki HRD.
b. Rekrutmen tenaga kerja /
Recruitment
Rekrutmen adalah suatu proses untuk mencari calon atau kandidat
pegawai, karyawan, buruh, manajer, atau tenaga kerja baru untuk memenuhi
kebutuhan sdm oraganisasi atau perusahaan. Dalam tahapan ini diperluka analisis
jabatan yang ada untuk membuat deskripsi pekerjaan / job description dan juga
spesifikasi pekerjaan / job specification.
c. Seleksi tenaga kerja /
Selection
Seleksi tenaga kerja adalah suatu proses menemukan tenaga kerja
yang tepat dari sekian banyak kandidat atau calon yang ada. Tahap awal yang
perlu dilakukan setelah menerima berkas lamaran adalah melihat daftar riwayat
hidup / cv / curriculum vittae milik pelamar. Kemudian dari cv pelamar
dilakukan penyortiran antara pelamar yang akan dipanggil dengan yang gagal
memenuhi standar suatu pekerjaan. Lalu berikutnya adalah memanggil kandidat
terpilih untuk dilakukan ujian test tertulis, wawancara kerja / interview dan
proses seleksi lainnya.
2.
Pengembangan dan
evaluasi karyawan / Development and evaluation
Tenaga kerja yang bekerja pada organisasi atau
perusahaan harus menguasai pekerjaan yang menjadi tugas dan tanggungjawabnya.
Untuk itu diperlukan suatu pembekalan agar tenaga kerja yang ada dapat lebih
menguasai dan ahli di bidangnya masing-masing serta meningkatkan kinerja yang
ada. Dengan begitu proses pengembangan dan evaluasi karyawan menjadi sangat
penting mulai dari karyawan pada tingkat rendah maupun yang tinggi.
3. Memberikan kompensasi dan
proteksi pada pegawai / Compensation and protection
Kompensasi adalah imbalan atas kontribusi kerja
pegawai secara teratur dari organisasi atau perusahaan. Kompensasi yang tepat
sangat penting dan disesuaikan dengan kondisi pasar tenaga kerja yang ada pada
lingkungan eksternal. Kompensasi yang tidak sesuai dengan kondisi yang ada
dapat menyebabkan masalah ketenaga kerjaan di kemudian hari atau pun dapat
menimbulkan kerugian pada organisasi atau perusahaan. Proteksi juga perlu
diberikan kepada pekerja agar dapat melaksanakan pekerjaannya dengan tenang
sehingga kinerja dan kontribusi perkerja tersebut dapat tetap maksimal dari
waktu ke waktu.
4. Employee Relations Management
Pengelolaan hubungan antara management dengan karyawan
untuk mendorong terciptanya iklim kerja yang kondusif bagi kedua belah pihak.
Sehingga terjaga keseimbangan pelaksanaan hak dan kewajiban perusahaan maupun
pekerja/buruh, serta terlaksananya kebijakan pemerintah yang terkait dengan
baik.
à
Segitiga Management – Serikat Pekerja –
Karyawan
à Industrial Relations competency
5. GA (General Affairs) function
GA sebenarnya berbeda dari HR, namun sudah menjadi
tradisi bahwa fungsi GA digabung dengan fungsi HR.
GA sudah ada sebelum HR ada, di beberapa perusahaan yang ”rada
kuno”, fungsi HR malah hanya salah satu bagian dalam fungsi GA.
GA, sesuai namanya, merupakan fungsi ”urusan umum / kerumahtangaan”
dan karenanya mengurusi hal-hal umum di perusahaan. Dengan demikian scope
pekerjaan GA bersifat melebar.
GA mengurusi mulai dari perijinan-perijinan, hubungan
dengan lingkungan sekitar, kebersihan + keindahan fisik lingkungan perusahaan,
prosedur keamanan, urusan tranportasi perkantoran, pengawasan dan perawatan
asset perusahaan dll.
Adapun kegiatan HRD lainnya yang lebih spesifik antara lain terurai
sebagai berikut :
1. Poin
Penting dalam Merekrut Karyawan :
Rekrutmen merupakan tahap yang krusial bagi perusahaan,
karena terdapat tuntutan untuk memperoleh orang dengan kesesuaian yang tinggi
dengan perusahaan, baik dari segi skill, kompetensi, knowledge, hingga
karakter. Ini bukan merupakan pekerjaan yang mudah, sehingga perlu dilakukan
dengan perencanaan yang baik.
Berikut ini adalah sejumlah poin penting yang bisa bermanfaat dalam
proses rekrutmen :
·
Proper Planning
Sebelum menjalankan proses rekrutmen, perusahaan
harus melakukan planning dengan tepat. Planning ini meliputi skill dan
knowledge seperti apa yang diinginkan dari seorang kandidat? Bagaimana karakter
yang sesuai dengan posisi suatu jabatan? Pertanyaan-pertanyaan yang nantinya
akan diajukan harus dapat mencakup ini.
·
Job Description dan
Ekspektasi Jelas
Job description yang tampil di iklan lowongan pekerjaan seringkali
tidak menggambarkan keseluruhan deskripsi pekerjaan. Oleh karena itu, selama
berjalannya proses rekrutmen, perusahaan harus memberikan gambaran yang
mendetail mengenai suatu pekerjaan. Apa saja ekspektasi yang diharapkan dari
kandidat? Pekerjaan apa saja yang akan dilakukan? Ini berupaya untuk mengukur
kesesuaian kandidat dengan pekerjaan tersebut. Jangan sampai kandidat sudah
menerima pekerjaan tersebut, kemudian kesan yang diperolehnya tidak sesuai
dengan pekerjaan sebenarnya, yang mengakibatkan turnover.
·
Libatkan Karyawan
Libatkan karyawan Anda dalam proses rekrutmen.
Misalnya, Anda dapat meminta rekomendasi kandidat dari mereka.Biasanya, melalui
rekomendasi inilah perusahaan dapat memperoleh kandidat yang sesuai, karena
karyawan Anda sudah mengetahui track record si kandidat. Selain meminta
rekomendasi, perusahaan juga meminta bantuan karyawan dalam mereview resume,
kualifikasi dan CV kandidat, bahkan hingga melakukan wawancara.
·
Cek Referensi dan Latar
Belakang
Ketika perusahaan sudah menemukan kandidat yang sepertinya sesuai,
langkah selanjutnya adalah mengecek referensi dan latar belakang dari kandidat
tersebut. Ini tidak mutlak terjadi, namun penting jika Anda mengalami keraguan
dan butuh reassurance mengenai seorang kandidat. Saat ini banyak beredar
ijazah palsu dan jual beli gelar, sehingga penting bagi Anda untuk mengecek
latar belakang.
·
Manfaatkan Website dan
Software
Di zaman teknologi saat ini, Anda perlu untuk memanfaatkannya dengan
optimal. Anda dapat memanfaatkan website Anda untuk merekrut orang,
sederhananya dengan posting lowongan kerja. Selain itu, Anda juga bisa
mengembangkan suatu sistem dimana pelamar langsung mengisi data-datanya ke
website, sehingga langsung masuk ke database perusahaan. Sehingga, kandidat
yang sedang membuka website Anda kemudian tertarik, bisa langsung melamar saat
itu juga.
2. Orientasi Pegawai baru untuk
meningkatkan produktifitas
Setelah merekrut pegawai baru, maka harus ada satu
proses yang penting yaitu bagaimana memperkenalkan pegawai baru tersebut kepada
lingkungan, peraturan dan tujuan perusahaan, sehingga membantu pegawai tersebut
masuk ke dalam bagian sebagai pihak yang dapat memajukan perusahaan. Hal inilah
yang dikenal dengan istilah Orientasi Pegawai Baru.
Sebagai contoh, Seorang Senior Manager yang baru direkrut, dia
merasa kecewa karena ada beberapa kebijakan yang belum dia ketahui, seperti
tentang asuransi kesehatan sehingga dia harus bolak balik melakukan urusan
tentang kesehatan tersebut. Ada juga beberapa pegawai baru tidak tahu dengan
jelas apa yang mereka kerjakan, sehingga kelihatan mereka tidak bekerja
maksimal hanya menunggu perintah dari atasan saja.
Hal-hal tersebut di atas, seperti adanya kekecewaan
dan benturan-benturan, juga tidak jelasnya tujuan kerja, menyebabkan kurangnya
produktivitas, yang pada akhirnya mengganggu pencapaian tujuan perusahaan.
Seringkali karena kurangnya proses orientasi, menyebabkan kurangnya
produktivitas. Hal ini bisa disebabkan kurangnya informasi dan pemahaman
tentang peraturan dan bisnis perusahaan, akibatnya si pegawai baru tidak
mencapai target yang diharapkan, atau bisa saja dia tidak betah akan situasi
dan kondisi perusahaan yang tidak mendukung, akhirnya dia memilih keluar dari
perusahaan.
Beberapa tahap orientasi yang penting dilakukan :
1. Perkenalan
Memperkenalkan pegawai baru, mulai dari unit kerjanya sendiri sampai unit kerja
besarnya dan sampai unit-unit kerja terkait lainnya, akan memberikan ketenangan
dan kenyamanan si pegawai, karena dia merasa diterima di lingkungannya dan hal
tersebut akan mempermudah dia untuk bertanya jika ada hal-hal yang kurang
jelas, bahkan dapat membina kerja sama dengan yang lain dalam rangka
menjalankan tugasnya.
2. Penjelasan Tujuan Perusahaan
Dengan menjelaskan profil perusahaan secara lengkap seperti visi, misi,
nilai-nilai, budaya perusahaan dan struktur organisasi, akan membuat pegawai
baru lebih mengenal perusahaan tersebut, sehingga akan membangkitkan motivasi
dan kemampuan dia untuk mendukung tujuan perusahaan.
3. Sosialisasi Kebijakan
Perlu adanya sosialisasi tentang kebijakan perusahaan yang berlaku,
mulai dari kebijakan baik yang terkait dengan Sumber Daya Manusia seperti
Reward, Career, Training, Hubungan Kepegawaian, Penilaian Pegawai, sampai
Termination, juga yang terkait dengan unit kerja tempat dia bekerja, demikian
juga tentang kode etik dan peraturan perusahaan. Dengan demikian akan
memperjelas hal-hal yang perlu ditaati dan dijalankan dalam memperlancar tugas
kerjanya.
4. Jalur Komunikasi
Membuka jalur komunikasi akan mempermudah pegawai baru menyampaikan
aspirasinya maupun pertanyaan-pertanyaannya. Untuk itu perlu dibukanya ruang
komunikasi bagi pegawai baru, baik melalui komunikasi rutin melalui tatap muka
seperti meeting rutin, friday session dll, juga dibukanya jalur media
komunikasi seperti email mapun telephone.
5. Proses Monitoring
Tentunya pada awal bekerja, si pegawai baru sudah disosialisasikan
target kerja yang harus dicapai. Perlu adanya monitor rutin akan hasil
kerjanya, sehingga akan membantu pegawai tersebut lebih lagi meningkatkan
kinerjanya. Jika ada
kekurangan, maka dapat disampaikan hal-hal yang perlu dia lakukan untuk
mengatasi kekurangan tersebut. Demikian juga jika ternyata pegawai tersebut
berhasil mencapai target yang lebih, maka dapat ditingkatkan lagi targetkerjanya.
Dengan adanya orientasi pegawai baru tersebut diharapkan dapat membantu pegawai
dapat bekerja dengan baik, yang dapat meningkatkan produktivitas kerjanya, yang
pada akhirnya akan mendukung pencapaian tujuan perusahaan.
Pelatihan adalah suatu kegiatan
proses belajar mengajar dalam waktu yang relatif singkat dengan tujuan untuk
meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan dari peserta yang dilatihnya.
Dalam suatu perusahaan, pelatihan adalah kegiatan untuk memperbaiki kemampuan
karyawan dengan cara meningkatkan pengetahuan dan keterampilan operasional
dalam menjalankan suatu pekerjaan. Dengan adanya program pelatihan diharapkan
karyawan dapat bekerja lebih baik dan dapat memberikan kepuasan bagi dirinya
sendiri sehingga akhirnya dapat meningkatkan prestasi kerja dan
produktivitasnya serta memberikan kontribusi guna pencapaian tujuan perusahaan.
Suatu program pelatihan disebut efektif bila bermanfaat bagi peserta/karyawanan
dan dampaknya dapat meningkatkan prestasi kerja karyawannya.
Pelatihan bidang
teknis/operasional bertujuan untuk meningkatkan kemampuan teknis karyawan yang
berkaitan langsung dengan pekerjaannya, dengan sasaran latihnya adalah karyawan
dari mulai jabatan worker, staff sampai dengan group leader yang berada pada
masing-masing departemen. Pelatihan bidang manajerial bertujuan untuk
meningkatkan pengembangan kepribadian dan kepemimpinan serta meningkatkan
motivasi dengan sasaran latihnya adalah semua karyawan yang berada di seluruh
departemen mulai dari jabatan worker, staff dan group leader hingga ke tingkat
jabatan supervisor.
Untuk mengetahui efektif tidaknya suatu program
pelatihan, perlu dilakukan evaluasi secara menyeluruh yang meliputi evaluasi
tahap reaksi (evaluasi reaksi peserta pelatihan), tahap pembelajaran (pre dan
post test), tahap perilaku dan hasil (evaluasi dampak pelatihan oleh atasan).
Menurut Otto dan Glaser:
Arti latihan ialah suatu kegiatan untuk
memperbaiki kemampuan kerja seseorang dalam kaitannya dengan aktivitas ekonomi.
Latihan membantu pegawai/karyawan dalam memahami suatu pengetahuan praktis dan
penerapannya, guna meningkatkan keterampilan, kecakapan dan sikap yang
diperlukan oleh organisasi dalam usaha mencapai tujuannya.
Menurut Mondy dan Noe:
Pelatihan (training) meliputi aktivitas-aktivitas
yang berfungsi meningkatkan unjuk kerja seseorang dalam pekerjaan yang sedang
dijalani atau yang terkait dengan pekerjaannya ini.
Pendidikan (education) mencakup kegiatan-kegiatan
yang dise-lenggarakan untuk meningkatkan kompetensi menyeluruh se-seorang dalam
arah tertentu dan berada di luar lingkup pekerjaan yang ditanganinya saat ini.
Dampak pelatihan terhadap
prestasi kerja karyawan menunjukkan adanya peningkatan prestasi kerja yang
tidak tinggi, korelasinya sangat lemah dengan tingkat signifikansi yang tidak
berbeda nyata. Kondisi ini diduga disebabkan oleh pelaksanaan pelatihan yang
tidak efektif. dan kurang termotivasinya karyawan dalam melaksanakan
tugas/pekerjaannya. Prestasi kerja meningkat disebabkan oleh adanya motivasi
yang timbul dari dalam diri individunya sendiri dan oleh adanya kemampuan.
Meningkatnya kemampuan tapi tidak ditunjang oleh motivasi yang tinggi tidak
menyebabkan meningkatnya prestasi kerja, demikian pula sebaliknya meskipun
motivasinya tinggi kalau kemampuannya kurang maka prestasi kerja pun sulit
meningkat. Oleh karena itu untuk meningkatkan prestasi kerja, maka keduanya
harus saling mendukung.
1. Tujuan
Training
Tujuan training adalah untuk memberikan pelatihan
dan pendidikan yang dapat menambah wawasan dan dapat meningkatkan efektifitas
karyawan dalam melaksanakan tugas-tugas yang diberikan kepadanya sehingga
perusahaan akan lebih diuntungkan.
2. Tahap-tahap
dalam pelaksanan training :
·
Bagian
HRD mengindentifikasikan kebutuhan training / pelatihan karyawan, kemudian
membuat jadwal pelatihan tahunan.
·
Bagian
HRD meminta persetujuan atas jadwal pelatihan tahunan yang telah dibuat ke
Direktur.
·
Bagian
HRD memfasilitasi pelaksanaan training / pelatihan dan melakukan penilaian
efektivitas training / pelatihan.
3. Kegagalan Training :
Berdasarkan survey yang dilakukan oleh
ASTD (American Society for Training and Development), diperoleh informasi bahwa
terdapat beberapa hal yang dapat mengakibatkan kegagalan training, antara lain
:
- Sebesar
20% disebabkan oleh persiapan yang tidak baik, terutama kesiapan peserta untuk
mengikuti training.
- Sebesar
10% disebabkan oleh pelaksanaan training yang tidak baik.
- Sebesar
70% disebabkan oleh dukungan implementasi yang tidak baik, dimana manajer atau
atasan tidak memberikan perhatian terhadap perkembangan karyawan dan tidak
adanya kesempatan untuk mempraktekkan ilmu baru pada pekerjaan yang dijalani. (Sumber : Artikel Implementasi Training, Google)
4. Solusi Untuk Mengatasi Kegagalan Training
Untuk mengatasi kondisi diatas, banyak ahli yang
mengeluarkan teori-teori mengenai langkah yang harus dilakukan untuk menyusun
sebuah training yang berhasil. Dari teori-teori tersebut dapat diketahui bahwa
untuk meningkatkan tingkat efektivitas pelaksanaan training, terdapat beberapa
langkah yang dapat dilakukan sebelum menyusun program training dan pada saat
implementasi training.
Pada saat penyusunan program training, langkah-langkah yang harus
dilakukan adalah:
- Memahami tuntutan dan tingkat
kompetensi yang dipersyaratkan dalam posisi atau jabatan.
- Mengukur kompetensi yang dimiliki karyawan
saat ini.
- Melakukan analisis kesenjangan kompetensi
yang ada : kompetensi yang disyaratkan jabatan versus kompetensi yang dimiliki
karyawan saat ini.
- Merancang hal teknis pelaksanaan training
: metode, sumber materi, kasus, dan games. Sedangkan langkah-langkan
pada saat implementasi training adalah :
- Pengakuan. Langkah ini bertujuan agar
peserta yakin bahwa kompetensi yang akan diajarkan ada dan penting untuk bisa
menjalankan pekerjaan dengan baik.
- Pemahaman. Pada langkah ini peserta diajarkan
tentang kompetensi baru dan bagaimana mempraktikkannya.
- Asessment pribadi. Dimana peserta
diberikan kesempatan untuk menilai kompetensinya dibandingkan dengan orang yang
dianggap memiliki kinerja superior.
- Praktek keahlian. Peserta mempraktekkan
apa yang dipelajari dalam simulasi sebenarnya, dan mengetahui perbedaan
kompetensi mereka dengan kompetensi superior.
- Aplikasi pekerjaan. Pada langkah kelima
ini peserta menyusun target/tujuan dan rencana aksi bagaimana mereka
memanfaatkan kompetensi tersebut dalam pekerjaan sebenarnya. Adanya penyusunan
tujuan, terjadi peningkatan pencapaian dari 5%-20% menjadi 60%-70%, sehingga
produktivitas pun ikut naik.
- Dukungan tindak lanjut. Dukungan ini
berupa berbagi informasi dengan pihak lain (termasuk supervisor) tentang
pemanfaatan kompetensi tersebut.
4. Pentingnya Training dalam Meningkatkan
Engagement Karyawan
Karyawan merupakan salah satu asset yang terbesar
bagi perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan selalu berusaha untuk melakukan
langkah-langkah employee engagement demi mempertahankan
karyawan-karyawan terbaiknya. Salah satu langkahnya adalah dengan mengadakan
training bagi karyawan.
Sebuah riset yang dilakukan oleh Aberdeen Group
dan disponsori oleh SkillSoft Plc, menemukan bahwa terdapat suatu kebutuhan
akan training pada seluruh level organisasib demi menciptakan engagement yang
dapat mendorong pencapaian kinerja serta kepuasan pelanggan.
Riset tersebut menemukan bahwa langkah utama yang harus dilakukan
perusahaan demi mendorong level engagement adalah dengan meningkatkan skill
leadership dari para manajer front-line. Hal ini diperlukan supaya mereka dapat
mengelola karyawan secara lebih baik. Dua program yang terbukti penting dalam
membangun engagement karyawan adalah training yang dilakukan ketika karyawan
mulai bekerja (on boarding), serta rencana pengembangan bagi karyawan
(development plan). On-boarding memastikan bahwa karyawan punya keselarasan
dengan visi dan misi organisasi, sementara development plans memastikan
keselarasan peran antara manajer dan karyawan dalam mencapai kesuksesan
organisasi.
Mengapa training diperlukan untuk meningkatkan
level engagement pada karyawan? Manfaat signifikan apa yang diberikan oleh
training? Pertama, training menjembatani antara kebutuhan dan ketersediaan
skill. Lingkungan selalu mengalami perubahan, oleh karena itu, karyawan juga
harus beradaptasi dengan perubahan. Adakalanya karyawan dituntut untuk
menguasai skill baru, dan adakalanya karyawan mengalami penurunan skill.
Disini, training memegang peranan penting untuk menjamin bahwa karyawan
memiliki skill yang dibutuhkan. Dengan mempelajari skill yang baru, maka
karyawan akan dapat memenuhi tuntutan pekerjaan dengan lebih baik.
Adakalanya karyawan menghadapi jenis tugas baru
dalam suatu pekerjaan, yang membutuhkan skill tertentu. Jika karyawan tidak
mengalami pelatihan sebelumnya, maka tugas itu mungkin akan menjadi beban buat
dia, karena ia bingung dan tidak pernah memperoleh pembekalan. Namun, jika
karyawan sudah memperoleh pelatihan dan mempelajari skill dan knowledge baru
yang dibutuhkan, tugas baru tersebut akan menjadi sesuatu yang menantang dan
menarik untuknya.
Training juga penting demi pengembangan karir.
Training kepemimpinan misalnya, sangat diperlukan bagi mereka yang naik jabatan
dan mulai memiliki anak buah untuk dikelola. Semakin karyawan mendaki posisi
puncak, maka ia membutuhkan skill yang semakin banyak, serta skill kepemimpinan
juga harus makin solid.
Selain itu, training juga bermanfaat dalam meningkatkan motivasi karyawan. Melalui training, maka karyawan kembali
diingatkan akan visi, misi, nilai-nilai dan tujuan dari perusahaan. Karyawan
yang mungkin tadinya sudah lupa, akan kembali terpacu dengan adanya training.
Pentingnya training ini,
kemudian diukur menggunakan tolak ukur yakni :
Model yang paling populer digunakan untuk mengevaluasi training adalah
model evaluasi empat level yang dikembangkan Donald Kirkpatrick sekitar tahun
50-an.
- Level I – Reaksi ,Level ini mengevaluasi reaksi dan pendapat dari peserta mengenai training
dan pembelajaran yang mereka terima. Reaksi ini bisa diukur melalui isian
feedback atau kuesioner yang biasa dibagikan setelah training berakhir. Level
ini cenderung mudah dilakukan, serta datanya juga bisa dianalisa dengan mudah.
- Level II – Pelatihan ,Kemudian evaluasi
kedua merupakan evaluasi learning, yang bertujuan untuk mengukur mengenai
perolehan knowledge setelah berakhirnya masa training. Pengukuran ini biasanya
dilakukan pada sebelum dan setelah masa training, yakni bisa melalui wawancara
dan observasi. Dengan mengukur pada sebelum dan setelah training, maka bisa
diambil kesimpulan apakah peserta benar-benar memperoleh pembelajaran dari
knowledge yang diperolehnya dari training.
- Level III – Tingkah laku ,Pada tahap ini, yang
dievaluasi adalah behaviour atau perilaku yang diimplementasikan dalam
pekerjaan setelah training berlangsung. Pengukuran ini juga bisa dilakukan
melalui wawancara dan observasi. Hal-hal yang perlu dievaluasi antara lain
adalah apakah pembelajaran yang diperoleh di masa training benar-benar
diimplementasikan ke dalam pekerjaan? Kemudian apakah skill dan knowledge yang
diperoleh dari training berpengaruh terhadap perilaku dalam bekerja.
- Level IV – Hasil, Tahap ini sudah
mengukur bagaimana dampak training terhadap kinerja perusahaan. Hasil yang
diukur merupakan bagaimana peningkatan kinerja individu setelah mengalami
training. Ukuran-ukuran yang digunakan merupakan indikator umum yang dipakai
untuk mengukur kinerja, seperti hasil penjualan, turnover karyawan, jumlah
barang cacat, dan sebagainya. Supaya hasil yang diperoleh optimal, pada awal
training perlu dijelaskan tujuan serta ekspektasi yang diharapkan dari karyawan
mengikutinya, sehingga mereka paham ukuran yang digunakan.
5. Manajemen Pengembangan Diri
Sebagai manusia yang diciptakan Tuhan dengan memiliki
derajat tertinggi di antara makhluk-makhluk hidup lainnya, ternyata manusia
memiliki potensi yang luar biasa untuk mengembangkan dirinya. Tapi seringkali
manusia tidak menyadari akan kemampuan yang luar biasa yang dimilikinya yang
telah diletakkan oleh Sang Pencipta sejak dari mulanya. Dalam usaha untuk mengembangkan diri kita maka
proses pengembangan diri akan dimulai dari pengetahuan tentang:
- Siapa diri kita
- Apa
yang kita mau dan tujuan kita
- Apa
yang kita punya untuk mencapai tujuan itu
Tiga hal ini menjadi peta dasar untuk pengembangan
diri kita. Untuk mencapai apa yang kita mau kita harus tahu siapa diri kita dan
apa yang kita punya untuk mencapai tujuan itu. Dari sana kita bisa menyiapkan
diri dengan belajar, berusaha, dan bekerja.
a. Pentingnya
pengembangan diri
Setiap momentum pergantian
tahun dalam perjalanan hidup kita, selalu kita iringi dengan melakukan
introspeksi. Hal ini dilakukan bukan sekedar untuk mengenang masa lalu, namun
sebagai persiapan untuk menghadapi masa depan. Dengan melakukan introspeksi ini
kita dapat mengetahui kekuatan dan kelemahan, peluang maupun tantangan yang
kita miliki.
Negara Jepang, dengan
caranya sendiri mampu mengantarkan masyarakatnya menjadi masyarakat dengan
peradaban modern. Rahasia pencapaian kemajuan mereka adalah Keizen. Kaizen
adalah konsep yang diperkenalkan oleh Masaaki Imai, seorang pakar produktivitas
perusahaan Jepang. Imai yang sejak tahun 1950-an
mempelajari produktivitas industri Amerika kemudian menulis buku Kaizen, The
Key to Japan s Competitive Success (1986) yang berisi rahasia keberhasilan
perusahaan dan industri Jepang.
Strategi Kaizen merupakan konsep tunggal manajemen
Jepang yang menjadi kunci sukses dalam persaingan. Kaizen berarti penyempurnaan
secara kontinyu dan melakukan pengembangan secara total dengan melibatkan semua
unsur dan potensi yang ada. Kaizen berorientasi pada proses dan usaha yang
optimal, berbeda dengan manajemen Barat yang lebih berorientasi pada hasil.
Esensi konsep Keizen dapat kita terapkan dalam
kehidupan sehari-hari. Dalam bentuk upaya untuk selalu mengembangkan dan
menyempurnakan kemampuan, prestasi dan produktivitas spiritual, intelektual,
fisik maupun material secara total.
b. Upaya pengembangan diri
Pengembangan diri sebenarnya merupakan proses
pembaruan. Proses ini disebut oleh Stephen R. Covey dalam The 7 habits of
Highly Effective People (1993) sebagai konsep asah gergaji. Pembaruan yang
dilakukan, menurut Covey mesti meliputi empat dimensi yaitu: pembaruan fisik,
spiritual, mental dan sosial/emosional.
Pembaruan fisik dapat dilakukan dengan melalui olahraga, asupan nutrisi,
dan upaya pengelolaan stres. Pembaruan spiritual dapat diraih melalui
penjelasan tentang nilai dan komitmen, melakukan ibadah dengan sungguh-sungguh.
Dimensi mental dapat diperbarui melalui kegiatan membaca, melakukan
visualisasi, membuat perencanaan dan menulis. Adapun dimensi sosial/emosional
diasah melalui pemberian pelayanan, bersikap empati, melakukan sinergi dan
menumbuhkan rasa aman dalam diri. Dalam proses pengembangan diri diperlukan
keseimbangan dan sinergi untuk mencapai hasil optimal sebagaimana yang
diharapkan.
Pengembangan diri tidak muncul begitu saja. Untuk meraihnya, diperlukan latihan
dengan pola seperti spiral. Pola ini melatih kita untuk bergerak ke atas
sepanjang spiral secara terus-menerus. Pola spiral ini memaksa kita untuk
melalui tiga tahap kegiatan yakni belajar, berkomitmen, dan berbuat. Latihan
ini harus terus-menerus berjalan secara berulang-ulang sampai kualitas dan
produktivitas diri kita menjadi semakin tinggi.
Dalam melakukan
pengembangan diri, kita memerlukan tolok ukur yang nyata dan aplikatif untuk
mengetahui kemajuan dan perkembangan yang telah kita capai . Konsep Sharpening
Our Concept and Tools (SHOOT) yang dikembangkan oleh Lembaga Manajemen Terapan
Trustco berikut ini dapat kita jadikan sebagai contoh daftar aktivitas
pengembangan diri.
- Memperluas
pengetahuan mengenai fakta situasional. Jangan bersikap takacuh dengan
lingkungan sekitar.
- Menjalin
hubungan dengan orang lain.
- Mengelola waktu secara efektif.
- Menjaga
keaktualan pengetahuan agar tidak tertinggal dan relevan. Jangan malas mencari pengetahuan baru.
- Berlatih untuk mengumpulkan
fakta dan membuat asumsi.
- Membuat jurnal pribadi dengan
menggunakan catatan harian agar jadwal kita menjadi teratur.
- Menentukan
batas-batas kekuasaan dan otoritas yang kita miliki.
- Mendengarkan dengan seksama.
- Melakukan
pengambilan keputusan dengan baik.
- Membiasakan membuat teknik perencanaan
(planning) yang baik.
Proses pengembangan diri yang kita lakukan tidak akan berjalan lancar apabila
kita mengandalkan dukungan dari luar. Diperlukan sebuah pembelajaran mandiri
(self education) yang berasal dari dalam diri kita sendiri. Pembelajaran yang
harus dilakukan secara mandiri ini setidaknya mencakup tiga hal, yaitu:
kemampuan membuat kurikulum atau agenda pribadi (self curriculum), kemampuan
menjadi pembelajar yang cepat (speed learner), dan belajar secara mandiri (self
learning).
Melakukan proses pengembangan diri memang tidak
bebas hambatan, bahkan seringkali penuh kendala. Albert Ellis, psikolog dan
penulis terkenal dalam bukunya Feeling Better, Getting Better, Staying Better
(2001) memperkenalkan konsep terapi Rational Emotive Behavior Theraphy (REBT). Konsep ini diperkenalkan oleh Ellis untuk membantu mengatasi hambatan dalam
pengembangan diri. Beberapa hal yang disampaikannya berikut ini dapat menjadi
bahan renungan kita:
- Bicara
adalah perkara mudah. Namun, hanya bicara yang diikuti oleh tindakan yang dapat
membuat segalanya menjadi lebih baik.
- Anda
tidak akan dapat mencapai kemajuan apabila selalu mengerjakan sesuatu dengan
cara yang sama. Oleh karena, mengubah cara harus sering dilakukan meskipun
dapat membuat anda merasa kurang nyaman.
- Anda
harus berusaha menghentikan kebiasaan yang tidak baik dengan sungguh-sungguh.
- Semakin lama anda tenggelam
dalam perilaku yang merugikan diri sendiri, semakin lama anda harus berjuang
untuk menghentikannya.
- Menghindari tindakan yang anda
kuatirkan akan gagal hanya dapat mengurangi kecemasan anda sementara. Dalam
jangka panjang, penghindaran ini justru dapat berakibat buruk. Oleh karena itu
lebih baik menghadapinya, ketimbang mengindar.
- Makin sering anda berfikir
bahwa anda tidak berguna dan tidak berharga setelah mengalami kegagalan,
semakin sulit anda mencapai keberhasilan.
- Kalau anda ingin menemukan
kedamaian dan kegembiraan , atau ingin menjadi lebih baik, anda harus memaksa
diri untuk melakukannya. Sikap diri seperti di atas perlu dibangun karena menentukan gaya manajemen
pengembangan diri anda. John Maxwell dalam The Winning Attitude; Your Key to
Personal Success (1993) menyimpulkan bahwa sikap hidup menentukan tindakan,
pola hubungan dengan orang lain, perlakuan yang kita terima dari orang lain,
keberhasilan dan kegagalan, menentukan hasil akhir, cara pandang yang positif
dan optimis. Ia juga menyatakan, sikap anda sekarang adalah hasil dari
sikap-sikap anda selama ini.
W.Stern mengemukakan Teori Konvergensi yang mengatakan
kepribadian manusia terbentuk sebagai hasil interaksi dari nature dan nurture.
Jadi, hasil interaksi dari potensi yang dimiliki manusia dan seberapa besar
lingkungan mempengaruhi perwujudan potensi yang dimiliki.
Kalau berbicara mengenai "potensi", kita
tidak bisa berbuat banyak, karena potensi manusia memang sudah terberi. Yang
dapat diupayakan adalah usaha untuk mengembangkan potensi yang ada agar
berfungsi sesuai dengan peran yang harus kita jalankan. Selain hal-hal diatas,
untuk mengembangkan diri perlu dipertimbangkan juga faktor di bawah ini :
a. Faktor penghambat yang berasal dari
lingkungan.
Sistem yang dianut.Kadang-kadang sistem
yang berlaku dalam lingkungan kita, apakah dalam pekerjaan pendidikan atau
lingkungan sosial di mana kita berada, tanpa disadari menghambat pengembangan diri
kita, misalnya diberlakukannya sistem senioritas dalam jenjang jabatan di mana
kita bekerja. Tanggapan atau sikap/kebiasaan dalam lingkungan kebudayaan.
Kadang-kadang tradisi atau kebiasaan yang berlaku menghambat perwujudan dari
perkembangan diri seseorang.
b. Faktor penghambat yang berasal dari diri
individu sendiri.
Faktor tujuan hidup yang tidak/belum tergambar dengan jelas.
Faktor motivasi dan faktor keengganan untuk menelaah diri. Kadang-kadang
manusia takut untuk menerima kenyataan bahwa ia memiliki kekurangan ataupun
kelebihan pada dirinya.
c. Faktor usia. Kadang-kadang orang yang
sudah tua dalam usia tidak melihat bahwa kearifan dan kebijaksanaan dapat
dicapainya. Mereka cenderung memandang bahwa usia muda lebih hebat karena
produktif.
Memang banyak aspek penghambat pengembangan kepribadian kita, namun sebenarnya
masalah utamanya terletak pada jawaban kita terhadap pertanyaan, "Benarkah
kita berkeinginan untuk mengembangkan diri kita?"
6. Penilaian Kerja
Elemen pokok dalam sistem penilaian kerja adalah :
- Prestasi kerja Penilaian Umpan balik
- Karyawan kinerja bagi karyawan
- Ukuran-ukuran
- Kinerja
- Kriteria yang ada
- Hubungannya dgn Pelaksanaan kerja
- Keputusan2
- Catatan2
- SDM tentang karyawan
Dengan
adanya penilaian kinerja terhadap karyawan / buruh dapat diketahui secara tepat
apa yang sedang dihadapi dan target apa yang harus dicapai. Melalui penilaian
kinerja karyawan dapat disusun rencana, strategi dan menentukan langkah-langkah
yang perlu diambil sehubungan dengan pencapaian tujuan karier yang diinginkan.
Bagi pihak
manajemen, kinerja (karyawan) sangat membantu dalam mengambil keputusan seperti
promosi dan pengembangan karier, mutasi, PHK, penyesuaian kompensasi, kebutuhan
pelatihan dan mempertahankan ISO yang dimiliki perusahaan.
Berdasarkan
manfaat di atas dapat dikatakan bahwa penilaian prestasi kerja yang dilakukan
secara tidak tepat akan sangat merugikan karyawan dan perusahaan. karyawan
dapat menurun motivasi kerjanya karena hasil penilaian kinerja yang tidak
sesuai dengan hasil kerjanya. Dampak motivasi karyawan yang menurun adalah
ketidakpuasan kerja yang pada akhirnya akan sangat mempengaruhi proses belajar
mengajar. Bagi perusahaan,hasil penilaian kinerja yang tidak tepat akan
mempengaruhi pengambilan keputusan kepegawaian yang tidak tepat, misalnya
promosi. Mempromosikan karyawan yang tidak tepat untuk menduduki level
manajemen, akan menurunkan kualitas perusahaan tersebut. Kualitas yang menurun
pada akhirnya akan mempengaruhi ISO perusahaan tersebut.
1. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kinerja
Faktor-faktor yang mempengaruhi
kinerja seseorang ialah :
- Faktor kemampuan, secara umum kemampuan ini terbadi menjadi 2 yaitu
kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan reality
(knowledge danskill).
- Faktor motivasi, motivasi terbentuk dari sikap karyawan dalam menghadapi
situasi kerja.
2. Menyusun Penilaian Kinerja
Untuk menyusun pedoman
penilaian kinerja, sebaiknya dibentuk suatu tim yang diberi penugasan secara
khusus. Anggota tim dapat terdiri dari manajemen perusahaan yang menangani
sumberdaya manusia, misalnya Staf personalia.
Hal-hal yang
harus diperhatikan dalam menyusun pedoman kinerja ialah sistem penilaian harus
mempunyai hubungan dengan pekerjaan yang dinilai, praktis, mempunyai standar
dan menggunakan berbagai ukuran yang dapat diandalkan.
Agar dapat memenuhi unsur-unsur di atas, beberapa langkah-langkah dapat
dilakukan berikut ini :
Pertama : Memakai uraian pekerjaan (job description) karyawan. Berdasarkan
tugas dan tanggung jawab karyawan kemudian dibuat kriteria yang akan dinilai.
Misalnya, untuk karyawan harus mencakup pendidikan, ketrampilan, keahlian.
Selain kriteria penilaian, kriteria yang menjadi faktor pengurang juga perlu
dipertimbangkan, misalnya pada saat seorang karyawan mendapat Surat
Teguran atau Surat Peringatan.Klik ini untuk melihat post lainnya :)
Artikel mengenai pengertian HRD